Senin, 21 Desember 2020

Kapitalis : Biang Kerok Korbankan Ibu dan Anak

#OPINI

Ngerik... Seorang ibu berusia 30 tahun diduga stres karena faktor ekonomi tega membunuh tiga anak kandungnya yang masih balita di Nias Utara, Sumatera Utara. (Viva.co.id, 10/10/2020)

Terbayang,  betapa berat beban hidup yang ia pikul sehingga hilang rasa cinta dan kasih sayangnya terhadap sang anak. Karena sejahat-jahatnya harimau tak akan memakan anaknya sendiri. Nah...Ini manusia, seorang ibu pula. Astaghfirullah unlimited.

Fakta ini bukan yang pertama kalinya. Karena sebelumnya ada juga kasus Seorang ibu tega menganiaya anak perempuannya hingga tewas, gara-gara sih anak tak mengerti saat belajar melalui daring. (Kompas TV, 15/09/2020)

Kondisi ini sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak? Seorang ibu tega membunuh anak kandungnya sendiri. 

Kasus tersebut merupakan bukti dari penerapan sistem yang salah. Sistem apa yang diterapkan saat ini? Yaps benul,  Sistem Demokrasi kapitalisme. Hilangnya nyawa tak menjadi masalah di sistem yang salah ini.

Sebelum peristiwa pembunuhan tiga anak laki-laki oleh ibu kandungnya terjadi, sang suami pergi ke TPS untuk mencoblos Pilkada di Nias Utara. Ia berharap adanya pemimpin yang baru mampu menyejahterakan kehidupan keluarganya. Karena menurut pengakuan suaminya, mereka sering hanya makan sekali dalam tiga hari karena masalah ekonomi keluarga. (Waspada.id, 14/12/2020)

Sang suami pergi nyoblos dengan harapan mendapat pemimpin baru,  malah istri dan anaknya kehilangan harapan hidup.

Kemiskinan sering kali membuat manusia lupa diri. Begitupun rasa lapar dan lelah yang menguras emosi. Belum lagi dengan beratnya amanah mendidik anak saat ini. Lengkap sudah beban fisik dan psikis istri. Tak heran jika para istri sering stres dan depresi akibat beban yang bertubi-tubi.

Beginilah hidup di sistem kapitalis. Semuanya tak ada yang gratis. Orang kaya akan berkuasa sedangkan orang miskin akan menangis.

Pun juga saat ini, penguasa tidak bisa diharapkan. Karena untuk berkuasa haruslah memiliki biaya yang banyak. Jadi,  wajar saja ketika berkuasa mereka sibuk mengembalikan modal sehingga rakyat tak terurus.

Meskipun berulang kali ganti pemimpin saat ini, hidup rakyat tak akan sejahtera. Karena yang menjadi masalah di sini ialah penerapan sistem yang salah. Nah,  sistem yang salah ini akan terus memproduksi kerusakan.

Aturan yang ada dalam sistem salah dibuat oleh manusia. Yang dimana manusia memiliki akal terbatas. Sehingga dalam sistem salah ini tidak bisa mengatasi permasalahan yang ada. Pun juga, dalam sistem ini berasaskan sekulerisme. Tak akan pernah membiarkan agama masuk ke ranah publik secara menyeluruh. Jika menurut akalnya agama dianggap menguntungkan,  maka ia akan digunakan tetapi jika tidak maka ditinggalkan. Jadi,  wajar jika manusia lemah iman. Sangat jelas bahwa,  sistem saat ini sangat rusak dan tak sesuai fitrah manusia. Hidup di dalamnya akan membuat manusia lupa diri.

Berbeda dengan sistem Islam. Yang dimana negara akan menerapkan aturan dari Allah Swt di seluruh aspek kehidupan. Islam akan memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok setiap warga negara (muslim maupun non muslim) sekaligus mendorong mereka agar dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kecukupannya.

Dalam pemenuhan pendidikan, Islam memandang pendidikan sebagai kebutuhan pokok dan asasi manusia serta merupakan hak setiap warga negara. Negara bertanggung jawab penuh untuk menyediakan akses pendidikan secara gratis untuk semua kalangan.

Sistem ini terbukti selama 1.300 tahun dapat membawa peradaban gemilang dan dijanjikan Allah akan membawa keberkahan dari langit dan bumi.

Sungguh,  hanya dalam sistem Islam di bawah naungan Khilafah,  manusia akan hidup sejahtera dan sesuai dengan fitrahnya. Begitupun para Ibu. Maka,  sudah saatnya kita campakkan sistem demokrasi kapitalisme dan menggantikannya dengan sistem Islam.

Wallahu a'lam.


By_Wardah Atikah Rianthoby

Kalimantan Utara,  19 Desember 2020

Kamis, 20 Februari 2020

Kegagalan Negara Sekuler Menangani Penistaan Agama

#OPINI

Diketahui, Sukmawati kembali dilaporkan terkait dugaan penistaan agama. Kali ini Sukmawati dilaporkan oleh warga yang bernama Ratih Puspa Nusanti yang merupakan salah satu anggota Koordinator Bela Islam (Korlabi). 

Sukmawati ini dilaporkan karena dituding membandingkan Nabi Muhammad SAW dengan Soekarno. Ucapannya dinilai sebuah penistaan terhadap agama. . Ini menjadi laporan kedua untuk sukmawati atas kasus yang sama. Sebelumnya, ia menghina cadar dan adzan. Tetapi kasus tersebut tidak diproses sampai ke pengadilan, karena kandas di MUI yang telah menerima permintaan maafnya Sukmawati. Makanya Sukmawati mengulangi perbuatannya kembali karena berharap selesai dengan permintaan maaf. . Selama ini pihak kepolisian tak bersikap adil karena lamban menindaklanjuti kasus penistaan agama. Padahal, jika dibandingkan dengan kasus penghinaan terhadap presiden kasus tersebut cepat sekali di tindaklanjuti. Langsung segera ditangkap dan dipenjara. 

Sistem kapitalisme yang dasarnya memisahkan agama dari kehidupan ini, memang benar benar lemah dalam menghadapi berbagai problematika yang terjadi. Sistem ini melahirkan kebebasan sehingga selalu tidak tegas dalam menghukumi segala penistaan agama yang terjadi.

Buktinya dapat kita lihat dalam sistem yang diterapkan sekarang ini, bahwasannya hingga saat ini tak mampu bertindak tegas dan gagal melindungi agama yang berada di negerinya. UU penodaan agama yang katanya telah dibuat begitu rinci tidak efektif dalam menghentikan adanya penistaan yang terjadi.

Sistem kapitalisme ini sama sekali tidak memberikan kedamaian karena seringkali ia tidak memenuhi keadilan dalam setiap penegakkan hukumnya, yang bermodal besar senantiasa bisa membeli hukum. Senantiasa menang dalam berbagai aspek.

Jika tidak ada tindak tegas, maka orang-orang yang tidak menyukai islam/ membenci islam akan merasa aman. Dan kemudian penistaan agama bakal terjadi terulang kembali.

Zaman sekarang, masyarakat sering lengah dalam melihat hal-hal yang berhubungan dengan agama dan Nabi Muhammad SAW. Padahal, seharusnya kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW wajib memuliakan beliau.

Sungguh saat ini kita benar benar membutuhkan pelindung, membutuhkan persatuan yang mampu mendamaikan umat di dunia.

Satu satunya solusi agar penista agama tidak dapat terulang kembali ialah dengan menggantikan sistem, yaitu sistem islam. 

Dalam Islam, hukum menghina dan sejenisnya itu jelaslah haram. Ibn Mundzir menyatakan, mayoritas ulama sepakat bahwasannya sanksi bagi orang yang menghina Nabi Muhammad SAW adalah hukuman mati. Ini merupakan pendapat Imam Al-Laits, Imam Ahmad Bin Hanbal, Imam Ishaq Bin Rahawih dan Imam As-Syafi'i. 
Wallahu'alam...

By_Wardah Atikah Rianthoby
Makassar, 08 Desember 2019

Benarkah Sistem Zonasi Untuk Keadilan Akses Pendidikan?

#OPINI Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui jalur zonasi telah dilaksanakan sejak tahun 2017. Ternyata sistem zonasi ini sudah dira...